Insane


tugas

gambar permen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sejatinya amat erat kaitannya dengan hubungan sosial. Mengingat bahwa sekolah berada di lingkungan sosial, sehingga tidak bisa lepas begitu saja dari lingkungan tersebut. Sekolah seharusnya tidak terlalu fokus pada aspek akademik saja, tetapi juga pada program yang dapat memupuk hubungan sosial diantara murid-murid maupun dengan lingkungan luar sekolah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Pendidikan atau sekolah dapat dilihat sebagai suatu organisasi. Di dalamnya sangat mungkin terjadi berbagai perbedaan golongan antara satu siswa dengan siswa lainnya. Baik itu suku, agama, adat istiadat ataupun kedudukan sosial. Perbedaan-perbedaan itu akan menjadi penghambat proses pendidikan jika siswa saling menunjukkan perbedaan dan berujung pada terciptanya pengelompokkan. Dalam makalah ini akan dijelaskan apa itu pendidikan dan hubungan antarkelompok dan bagaimana menyikapi perbedaan-perbedaan untuk mengurangi ataupun mencegah masalah yang ada pada hubungan antar-kelompok tersebut. Mencakup prasangka dalam hubungan antar kelompok dan dinamika kelompok sosial ataupun hal lain yang relevan dengan pokok masalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

PRASANGKA DALAM HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK

Terdapat penjelasan yang memandang bahwa bahwa prasangka adalah suatu yang wajar dan dengan sendirinya timbul jika terjadi hubungan antara dua kelompok yang berbeda. Manusia solider dengan kelompoknya sendiri dan sebaliknya muncul rasa tak suka terhadap kelompok yang berbeda. Perasaan inilah yang kemudian menimbulkan etnosentrisme.(foot note)

Selanjutnya untuk lebih jelasnya mengenai prasangka ini dipaparkan dalam uraian berikut:

a. Prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari

Teori ini melihat bahwa prasangka adalah hasil dari proses belajar. Seseorang dapat dikondisikan oleh sikap-sikap yang memang telah ada dalam masyarakatnya. Prasangka tidak selalu muncul akibat pengalaman pribadi saja akan tetapi karena pengaruh sikap yang terdapat dalam lingkungan. Misalnya adanya prasangka seseorang terhadap Yahudi, meskipun ia belum pernah melihat orang Yahudi selama hidupnya. Hal ini mungkin diperoleh dari lingkungannya, menganggap suatu kelompok memiliki sifat-sifat buruk walaupun sebenarnya belum tentu mereka miliki. Dalam hal ini, orang tua dan guru amat besar pengaruhnya sebab anak pada usia muda memandang bahwa orang dewasa adalah serba tahu. Dari itu guru sebagai tenaga pendidik diharapkan mampu untuk membimbing anak untuk menghindari prasangka yang bersifat negatif.

b. Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis

Golongan yang dominan ingin menyingkirkan golongan minoritas dari dunia persaingan. Prasangka juga dibenarkan untuk mencari alasan penjajahan. Kelompok yang besar akan menganggap sebuah kelompok minoritas sebagai golongan yang lemah dan tidak pantas menempati kedudukan yang tinggi. Sebagai contoh dapat dilihat dalam kutipan berikut:

" Pada zaman 'gold rush' di California (1850) orang Cina sangat dihargai sebagai warga negara yang rajin, tertib, hemat, patuh akan peraturan, dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan pujian-pujian lainnya karena mereka melakukan pekerjaan yang membantu pencari emas California dengan usaha membuat sepatu, pakaian, membuka restoran, dan sebagainya. Setelah pekerjaan mencari emas tidak menguntungkan lagi, mereka para pencari emas beralih melakukan pekerjaan yang telah dipegang oleh orang Cina. Orang Cina menjadi saingan. Dengan begitu berubahlah pendapat tentang orang Cina yanng kemudian mereka cap sebagai orang yang membentuk kelompok sendiri, memisahkan diri dari masyarakat, licik, mengirimkan emas ke negara leluhurnya, menyebarkan prostitusi dan perjudian. Karena itu California harus diamankan terhadap bahaya Mongol!"

Dari kutipan diatas dapat kita lihat dan ambil sebagai contoh bahwa betapa hubungan antara orang California dengan orang Cina pada saat itu mengalami masalah. Pada saat dirasa masih menguntungkan mereka diagungkan namun ketika terjadi persaingan maka mereka dianggap sebagai saingan dan harus disingkirkan. Prasangka telah digunakan untuk mencapai tujuan praktis meskipun dengan cara merugikan kelompok lain.

c. Prasangka sebagai aspek pribadi.

Ada kemungkinan bahwa prasangka tidak semata-mata ditimbulkan karena kelakuan kelompok lain, namun juga berdasarkan atas pribadi seseorang. Dicontohkan terdapat dua orang dalam masyarakat yang sama, misalnya sama-sama miskin, sama-sama pengangguran dan berstatus sosial yang rendah. Yang seorang akan mempersalahkan orang lain, Negro, Yahudi atau siapa saja atas kegagalannya, sedangkan seorang lagi mungkin mempersalahkan dirinya sendiri, kurang pengalaman, usaha serta rendahnya tingkat pendidikan yang pernah ditempuh.

Sebagai contoh lagi, dalam suatu masyarakat yang warganya terdiri dari orang asli dan orang pendatang. Terlihat bahwa orang pendatang malah lebih berhasil dari segi ekonomi dibandingkan orang penduduk asli. Lantas penduduk asli mengatakan bahwa orang pendatang itu pintar-pintar dalam melakukan usaha. Orang pendatang memiliki modal yang besar, sehingga jelas memperoleh keberhasilan. Prasangka seperti ini agaknya cenderung berasal pada pribadi seseorang. Sebab keberhasilan sesuatu tidak dapat dicapai dengan cara sesederhana itu. Pribadi yang berprasangka akan menaruh prasangka dalam berbagai hal untuk memendam kegagalannya sendiri dengan mempersalahkan orang lain. Ia tampak harmonis, padahal sesungguhnya merasa dirinya tidak aman.

DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL

Kelompok sosial merupakan suatu himpunan atau suatu kesatuan manusia yang hidup bersama, yang disebabkan oleh adanya hubungan antara mereka yang menyangkut hubungan timbal-balik yang masing-masing saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong menolong.

Kelompok sosial menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi. Kelompok sosial diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk.

Bentuk-bentuk Kelompok Sosial:

Pekanbaru, 09 July 2011 by Puja K.

Dibaca: 671