Teya Salat


Fatwa Terbaru, MUI Haramkan Beras !!

Ehm.. Ehmm.. Apa pula ini? Fatwa haram lagi? Apa? Haram beras? Apa? MUI fatwakan haram beras?

Ya ! Tapi, Anda harus sekolah lagi.
MUI disini yaitu "Majelis Uwapper* Indisiplin". [*Uwapper= pengguna situs wap (seperti situs ini). Istilah ngawur ini cuma ada disini.] Sebuah majelis yang hanya ada disini, di rumah sepi Mr. Puja Brengsek yang kian lama kian terlihat brengsek saja. MUI versi sini merupakan sebuah perkumpulan pemberi fatwa ngawur dan brengsek yang anggotanya terdiri dari seorang Mr. Puja Brengsek semata. Sudahlah katanya perkumpulan, tapi kok anggotanya cuma seorang saja, entahlah.

MUI kasta ini didirikan pada saat Anda mulai membaca ini tulisan dan dibubarkan saat anda selesai membaca nanti (itupun kalau sampai selesai). Dengan Mr. Puja Brengsek sebagai dedengkotnya yang dicalonkan, dipilih, terpilih dan dibubarkan sendiri pula olehnya.

Paham anak-anak?
Paham Pak !
Jadi, kalau Anda merasa sah telah ditipu, maka mulai saat ini Anda juga sah untuk segera meninggalkan tempat ini.

Lho, kok masih nekat baca juga?
Oo.. Ya.. Ya. Rupanya Anda suka juga dengan yang brengsek-brengsek begini. Sudahlah, mari kita sama-sama mengikuti percakapan antara ketua MUI Brengsek, Mr. Puja Brengsek dengan tokoh Desa Uwapper, Pak ErTe berikut ini. Selamat mengikuti.

"Permisi Pak Brengsek, boleh saya masuk?"

"Eh, Pak ErTe, silakan Pak. Silakan. Duduk Pak, duduk."

"Terimakasih."

"Wah, tumben nih Pak ErTe tega bertamu ke rumah saya. Kiranya ada keperluan atau bagaimana ini Pak?"

Pak ErTe: "Oh, tau aja nih Pak Brengsek. Ehm, kedatangan saya kemari, yang pertama tentunya adalah untuk bersilaturahmi. Ehmm, Ehmm, Eeehhheemmm ! Aduh, mohon maaf Pak, beberapa hari ini saya sedang sakit tenggorokan. Jadi, agak terganggu kalo buat ngomong nih. Maaf ya."

Puja Brengsek: "oh, minum dulu Pak, minum. Nah, ini ada air mineral kemasan. Silakan Pak.."

Pak ErTe: "Ehm, iya iya.. Terimakasih."

Puja Brengsek: "lah terus, selanjutnya Pak.."

Pak Er Te: "O iya. Begini Pak Brengsek. Langsung saja. Beberapa hari belakangan ini, saya agak mendengar desingan-desingan dari warga Desa Uwapper, yang mana mereka berkata kalau Pak Brengsek menyatakan bahwa beras itu haram. Nah, ini bagaimana ini Pak? Bapak harus bertanggung jawab. Bapak sadar dong, pernyataan Bapak itu bisa menyesatkan dan membuat resah banyak warga. Jangan-jangan Bapak ini sudah sesat."

Puja Brengsek: "Wowowo... Ha. Hahaha ha.. Hahaha..."
Pak ErTe: "lho lho lho... Kok malah ngekek.."

Puja Brengsek: "hehe, habisnya Pak ErTe sih, belum-belum kok langsung ngatain saya sesat."

Pak ErTe: "Lha itu, masak bapak bilang beras itu haram. Kan udah jelas to, kalo rakyat kita ini ya dari dulu udah makan beras. Memanglah sepertinya bapak ini sesat. Bapak bisa saya laporkan ke polisi nih !

Puja Brengsek: "wowowo.. Hoho.. Tunggu dulu Pak, mungkin Bapak dengarnya masih sayup-sayup nih.. Saya bilang haram itu kan cuma sama Sakin Talengong teman saya itu. Ini saya katakan sama dia waktu kami pulang dengan hati resah dari pematang sawah kemarin. Pasti bapak dengarnya cuma sepenggal nih.."

Pak ErTe: "Lha memangnya informasi yang benar itu gimana?"

Puja Brengsek: "Begini, saya bilang begitu kan karena waktu itu kami sedang asyik ngelantur tentang beberapa soal. nah, salah satunya mengenai beras. Berasnya itu beras impor. Lha kita tahulah, pemerintah itu hobi benar kalo soal impor-mengimpor."

Pak ErTe: "lho, terus apa salahnya kalau pemerintah melakukan kebijakan impor beras, itukan untuk mengamankan stok beras dalam negeri. Karena takut masih kurang ya makanya impor. Kalau tidak, wah.. bisa kelaparan kita seandainya terjadi gagal panen. Bapak gimana sih..

Puja Brengsek: "lha lha.. Ini nih, yang begini nih yang saya bilang haram.. Sedikit sedikit impor."

Pak ErTe: "Kok gitu, dari mana bapak bisa bilang haram? Bapak jangan sembarangan dong.."

Puja Brengsek: "wahaha, hoowalah.. Hemmm.. Pak, coba perhatikan baik-baik karena bapak akan saya racuni. Begini, kalau pemerintah kerjaannya cuma melakukan kebijakan(entah ini bijak atau bajak) impor melulu, lalu mana kekayaan bangsa ini yang katanya negara agraris? Wooy, kasihan para petani kita Pak. Mereka yang nyata-nyata dari dulu adalah penyuplai nasi bagi kita, sekarang malah didzolimi pemerintah sendiri."

Pak ErTe: "Ah, didzolimi gimana?"

Puja Brengsek: "Ya itu tadi, kalo BULOG gemar sekali 'panen' di pelabuhan, tentu saja nasib petani lokal bakal mati pelan-pelan karena gabah mereka tak laku selain dengan harga murah. Jangan-jangan ini cuma demi keuntungan bagi beberapa butir orang alias importir dan antek-anteknya. Sementara Nusantara terus dihujani dengan beras impor sampai-sampai nanti para petani rame-rame hijrah profesi dan akhirnya lupa cara menanam padi. "

Pak ErTe: "hoho, Pak Brengsek ini ngeri banget ngomongnya. Yah, ini kan demi menolong rakyat juga. Ini cuma sementara Pak.. Kan kita bisa lihat, tanaman Pak Tani kita terkadang sering puso. Nah, tujuan impor beras itu untuk menanggulangi kalau-kalau puso begitu.."

Puja Brengsek: "Waduh.. Sementara? Sementahun iya.. Lha wong praktek ini sudah berjalan sedemikian lamanya kok. Alasannya ya cuma itu itu melulu. Sejatinya mengatasi kekurangan beras itu bukan dengan mengimpor secara rutin. Tapi pemerintah juga harus mengusahakan dengan sungguh-sungguh agar sektor pertanian dalam negeri dapat terus berkembang pesat dengan metode dan teknologi yang terus terbarukan. Coba bapak lihat, Thailand saja bisa sampai mengekspor. Kenapa kita tidak? Ini cuma ulah pemerintah saja yang terus-terusan dagelan."

Pak ErTe: "Ya, sebaiknya memang begitu sih. Tapi, untuk merealisasikannya kan butuh dana yang tak sedikit pak. Butuh penelitian ini, butuh penyuluhan itu, butuh beli ini, butuh anggaran itu. Jadi ya, saya rasa kebijakan impor itu cukup membantu. Toh saat ini, untuk memproduksi sendiri kan biayanya lebih besar dari pada impor."

Puja Brengsek: "Ooo gitu ya ?! Jadi intinya para petani itu nggak penting yah? Para jelata itu urusan nomor kesekian ribu ya? Lebih penting ngotot mau bangun gedung DPR baru plus kolam renang yang dananya diatas 1 T katimbang ngurusin rakyat yah? Oh, memanglah."

Pak ErTe: "Ya bukan gitu Pak.. Itu kan.."

"Bapaaaakk !!!"

"Oowalaaah !! Dicari kemana-mana rupanya malah nongkrong disini !! Cepat pulang ! Itu piring kotor belum diberesin ! Enak aja main keluyuran !"

I i, i, iya bu..

Puja Brengsek melongo. Lebih melongo lagi ketika beberapa jitakan Bu ErTe sempat mampir di kepala Pak ErTe yang tak lucu itu.

***

29 April 2011, by Puja K.

Dibaca: 1572