Rasa Yang Tertimbun
Kau yang betina, Mengertikah kau bahwa aku memuja tiap langkah dan hela nafasmu?
Sadarkah kau kalau diam-diam aku memperhatikanmu?
Taukah kau bahwa dengan memandangmu dari belakang saja itu sudah sanggup membuatku melesat keluar atmosfer seperti wahana Endeavour?
Kuberitahu kau bahwa aku sulit jatuh cinta, dan begitu tau aku jatuh cinta, aku tertegun lemas karena ternyata itu kamu..
Tertegun lemas? Ya, karena ternyata kau manis. Sementara aku tahu kalau yang manis itu incaran banyak 'semut. Artinya, aku harus terlebih dahulu 'menendang' semut-semut itu. Tapi kalau semut yang datang itu 'naik motor gede, sudah bukan mustahil anganku keburu 'rontok' duluan ditabrak itu motor. Selanjutnya aku cuma bisa meringis melihatmu bahagia nangkring di boncengan itu semut keren. Aku kalah hebat.
Salah kalau cinta itu tak bisa dipaksakan. Prakteknya, cinta itu sendiri yang melakukan pemaksaan.
Produk hati itu datang dan menodongku untuk jatuh cinta.
Ya, cinta itu pemaksaan (tak usah kau garisbawahi karena sudah kugarisbawahi). Ia tidak bisa dijadikan begitu saja dengan sembarang orang. Ia memaksa, aku dipaksa oleh cinta untuk menyukaimu. Cuma kamu. Tidak boleh yang lain. Bukankah ini pemaksaan? Ini asyik. Tapi juga brengsek.
Taukah kau bahwa aku ingin kau pun mau tau padaku? Tapi, apa iya? Apa mungkin? Kau yang ayu nan lembut itu tega memikirkan mukaku yang sembarangan ini?
Biarpun seperti mustahil tapi tak apalah. Setidaknya aku pernah tertawa ngekek karenamu.
Bukan aku bermaksud hendak tak sopan, tapi berbicara tanpa memalingkan wajah darimu adalah seberat kerja buruh cangkul bagiku. Matamu terlalu tajam. Wajahku boleh berpaling, tapi ketahuilah; hatiku tajam menatap wajahmu.
Kalau aku pernah lari menjauh ketika bertemu denganmu, itu bukan karena aku benci kamu, tapi aku tak terlalu kuat berdiri dekat denganmu. Sudah hebat jika saat berpapasan aku sanggup menyapamu. Dan aku selalu melewati kesempatan itu. "Bodoh !" batinku.
Sampai kapan aku jadi pemuja rahasia tolol begini. Tuhan, cinta konyol macam apa lagi ini..
Dalam hati, aku girang sekali saat kau tiba-tiba datang dan menegur hidupku terlebih dahulu dengan senyummu. Jantungku spontan goyang reggae. Bulan langsung padam !
Kalaulah diadakan sayembara yang melombakan siapa orang yang terus memikirkanmu, kau tau? Akulah yang akan jadi juara umumnya.
Ah, kenapa begini? Bagaimana supaya aku tak terus memikirkanmu? Oh manis, jahatlah padaku agar aku benci kamu.
Sementara waktu terus berlari. Kini, kau tampak menyalakan lampu hijau untuk rasa ini. Aduhai, bahagianya hati..
Aku tak sanggup lagi
Aku harus nyatakan ini
Cinta tak cuma di hati
Sampaikan agar ia mengerti
Hari ini, bertepatan dengan naiknya harga permen dan tusuk gigi, akan kukatakan cintaku padamu.
Aku pertebal nyali.
Pertebal muka ini. Satu diantara dua pilihan. Tak mungkin keduanya. Disambut atau ditolak. Itu saja. Sederhana. Seandainya diterima gembira sekali. Kalau ditolak, aku sudah berencana untuk sakit hati. Ya, sekedar untuk memenuhi syarat bahwa aku benar-benar jatuh cinta saja.
Kurakit kata-kata paling romantis dari balik pintu.
Lama sekali.
Dua butir permen menunggu jemu di tangan.
Untukku dan untukmu.
Masih disini.
Di balik pintu ini.
Kuhela daun pintu. Melangkah keluar dengan pasti. Di ujung lorong tempatmu berdiri tujuan lokasi. Terus melangkahkan kaki. Kulempar pandang ke arahmu. "Hey, siapa itu?" "Lelaki yang disampingmu???" Sekejap mataku buyar . Dua butir permen jatuh terkapar;
"WAHAii, COWOKMU SANGAR SEKALI !"
"AKU TAK BERANI !!"
Pekanbaru, 09 July 2011 by Puja K.
Dibaca: 1380